REPUBLIK HATI - Syaf Jtr

Hidupku adalah Cita-citaku Matiku nanti juga Cita-citaku Bahagia juga cita-citaku

Meraih ilmu yang bermanfaat tidaklah mudah. Ribuan aral melintang siap menghadang. Otak brilian bukanlah jaminan. Malahan, tak sedikit orang-orang pintar yang mendalami ilmu agama bukannya mendapatkan ilmu bermanfaat, melainkan menjadi oknum-oknum ulama yang justru merongrong akidah agama.

Oleh karena itu, seorang murid yang hendak melangkahkan kakinya untuk menuntut ilmu haruslah terlebih dahulu mengetahui metode belajar yang tepat. Dalam hal ini panduan dari orang tua, para guru, atau mereka yang telah sukses sangatlah diperlukan.

Faktor utama penyebab gagalnya seseorang murid meraih ilmu Rasulullah Saw adalah metode belajar yang keliru. Salah guru, salah kitab dan kesalahan lainnya akan menyebabkan seorang murid salah jalan pula. Berikut adalah panduan tepat dalam meraih ilmu yang bermanfaat dari al-Imam Habib Ali bin Hasan al-Attas Shohib al-Masyhad.

“Ketahuilah sesungguhnya ilmu pengetahuan ibarat samudera yang tiada bertepi. Luqman al-Hakim pernah ditanya oleh puteranya, “Siapakah yang mampu menampung semua ilmu itu?” “Seluruh manusia” jawab al-Hakim. “Akan tetapi itu sebatas ilmu yang diberikan kepada manusia. Sedangkan Allah menurunkan ilmu di dunia ini dalam bagian yang sedikit saja.” Lanjutnya.

Oleh karena itu, dalam menuntut ilmu, prioritaskanlah ilmu-ilmu yang penting dan bersifat urgen. Mulailah dengan dengan mempelajari kitab-kitab ringkasan (Mukhtasar). Seperti ringkasan Abu Suja’ yang sudah diakui kualitasnya, disertai kitab Bidayatul Hidayah karya al-Ghazali, kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi. Kemudian dilanjutkan dengan mempelajari kitab al-Minhaj karya an-Nawawi, disertai syarh-syarahnya juga apabila memungkinkan.

Setelah itu, pelajarilah kitab Risalah Qusyairiyah karya Syaikh Abdul Karim al-Qusyairi yang merupakan kitab pedoman bagi pengikut jalan ahlussunnah wal jama’ah. Demikian halnya kitab-kitab karya Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Karya-karyanya sangat bagus dan mendidik, terutama kitab an-Nashaih ad-Dinniyah. Kemudian pelajari pula kitab al-‘Awarif karya Syaikh Umar bin Muhammad as-Suhrawardi dan kita Ihya’ Ulumiddin karya Hujjatul Islam al-Ghazali.

Galilah ilmu-ilmu Al-Qur’an dan ilmu-ilmu alatnya yang akan membuatmu mengerti makna-makna yang terkandung di dalam Al-Qur’an. Dan seandainya mampu, berusahalah menghafalkan Al-Qur’an. Karena terdapat keutamaan yang besar di dalam menghafalkannya. Rasulullah s.a.w bersabda, “Barangsiapa menghafalkan Al-Qur’an maka maqam nubuwah diturunkan ke dalam dirinya, hanya saja ia takkan pernah mendapatkan wahyu.” Bahkan Nabi Musa a.s pernah melukiskan sifat-sifat umat Nabi Muhammad s.a.w di dalam munajatnya. “kitab-kitab suci mereka ada di dalam dada mereka, sedangkan selain mereka membaca kitab suci melalui mushaf-mushaf.” Katanya. Imam Syafi’I berkata, “ apabila seseorang bersedekah dengan niat diberikan kepada qurra’ (orang yang ahli membaca Al-Qur’an), maka sedekah itu diberikan kepada orang-orang yang hafal Al-Qur’an. Dan apabila ada seseorang bersedekah dengan niat diberikan kepada orang yang paling berakal, maka sedekah itu diberikan kepada orang-orang yang berzuhud dari dunia.”

Diantara kitab-kitab tafsir yang sangat penting untuk dibaca dan dipelajari adalah tafsir karya Imam al-Husein bin Mas’ud al-Farra’ al-Baghawi. Tafsir al-Baghawi ini adalah bekal untuk menyelami lautan makna Kalamullah. Para imam Bani Alawi sangat menganjurkan para penuntut ilmu agar membaca tafsir al-Baghawi tersebut.

Jika memungkinkan, sempatkanlah diri mempelajari kitab-kitab adab seperti nahwu, lughot dan selainnya. Janganlah enggan membaca dan menelaahi kitab Maqaamaatul Hariri setelah mempelajarinya dan mendapatkan penjelasan dari seorang guru yang kompeten. Kitab tersebut menjadi referensi para salaf. Syaikh Ahmad bin ‘Ujail berkata, “Maqamatul Hariri adalah sepiring manisan. Kami telah mengambil manfaat yang sangat besar darinya.”

Bacalah pula karya al-Hariri yang lain, kitab al-Malhah. Sebagian ulama meyakini bahwa al-Hariri menyimpan sir-nya dalam kitab tersebut. Kitab ini disyarahi oleh Syaikh Abubakar bin Ali al-Qurasyi. Dan kitab mughni al-labib, karya Syaikh Jamaluddin Abdullah bin Yusuf bin Hisyam al-Anshori. Kitab mughni al-labib ini adalah kitab yang mengandung ilmu pengetahuan yang luas.

Dalam bidang sirah, bacalah kitab al-Iktifa’ karya al-Kula’i dan sirah karya Ibnu Sayid an-Nas.

Dalam bidang tarikh, bacalah kitab Mir’atul Janan wa ‘Ibratal Yaqdhan, karya Imam Abu Muhammad Abdullah bin As’ad bin Ali al-Yafi’i. dan kitab al-Khamis karya Imam Abul Hasan al-Bakrie dan kitab Thabaqat al-khawwas karya as-Syarji.

Dalam bidang hadits, bacalah kitab Shahih Bukhori dan Muslim, Sunan Abu Dawud, Turmudzi, an-Nasai, Ibnu Majah, al-Jami’ as-Shaghir karya Imam as-Suyuti dan kitab Taisiirul Wusul karya ad-Diba’i al-Yamani.

Untuk mengetahui hak-haknya Nabi Saw, bacalah kitab as-Syifa’ karya al-Qhadi ‘Iyadh. Sedangkan untuk mengetahui hak-hak keluarga Nabi Saw, bacalah kitab al-Iqdun Nabawi karya Habib Syaikh bin Abdullah al-‘Aydrus, kitab al-Jawharus Saffaf karya Syaikh al-Khatib, kitab al-Masra’ur Rawi karya sayid Muhammad bin Abubakar as-Syilli, dan kitab al-‘Ainiyah karya Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.

Selain kitab-kitab yang telah disebutkan, bacalah juga kumpulan-kumpulan kasidah yang dilazimi oleh para salaf. Diantaranya kasidah al-Hamaziyah dan Burdah karya Imam al-Bushiri beserta syarahnya yang ditulis oleh Syaikh Ibnu Hajar dan Imam al-Mahalli. Dan tatkala kalian mendapatkan permasalahan atau hujan yang tak kunjung diturunkan, bacalah kasidah al-Munfarijah karya Imam al-Bushiri. Maka dengan seizin Allah, segala permasalahan kalian akan mendapatkan jalan keluar dan hujan akan diturunkan.

Janganlah kalian menuntut ilmu kepada sembarangan orang. Akan tetapi carilah seorang guru (syaikh) yang memenuhi tujuh kriteria. Pertama, ilmu pengetahuannya luas. Kedua, sikapnya arif dan rendah hati. Ketiga, memiliki pemahaman yang dalam. Keempat, akhlak dan nasabnya mulia. Kelima, memiliki mata hati yang tajam. Keenam, berhati baik dan riwayat hidupnya baik. Ketujuh, memiliki mata rantai keilmuwan yang bersambung kepada rasulullah s.a.w. dan apabila ada seorang sayid (cucu nabi Saw) memenuhi tujuh kriteria tersebut , maka ia adalah seorang guru yang sempurna. Rasulullah s.a.w bersabda, “Ulama dari golongan Quraiys, ilmunya memenuhi seluruh penjuru bumi.”

Jika kalian mendapatkan seorang guru yang memenuhi kriteria di atas, maka serahkanlah diri kalian kepadanya, sandarkan semua urusan-urusanmu yang penting pada keputusannya, bersikaplah tawadhu kepadanya, jadikanlah ia sebagai perantara kalian untuk sampai kepada Allah, ambillah ijazah riwayat ilmu secara menyeluruh darinya, dapatkanlah ilbas khirqah dan talqin kalimat la ilaaha illallah darinya, ketahui dan penuhilah hak-haknya seperti yang tersebut dalam kitab Ihya’ ulumiddin karya Imam al-Ghozali dan kitab at-Tibyan karya Imam an-Nawawi.

Dan sudah sepantasnya apabila kalian menghormati guru kalian melebihi ulama-ulama yang lain. Dan janganlah sesekali menentang keputusan gurumu dalam setiap persoalan baik yang dhahir maupun yang bathin, agar kalian sampai ke tujuan. Abdullah bin Abbas berkata, “Aku menghinakan diri sewaktu menuntut ilmu, dan diriku menjadi mulia setelah meraihnya.” Bahkan ia tak malu mencium telapak kaki gurunya, Zaid bin Tsabit al-Khazraji.

Diceritakan pula bahwa kedua putera kesayangan Harun ar-Rasyid, al-Amin dan al-Makmun saling berebutan memasangkan sandal guru mereka, al-Kasa’i. sampai-sampai al-Kasa’i menengahi mereka dengan memberikan jalan keluar, yaitu masing-masing memasangkan satu sandal.

Dan janganlah lupa, apabila kalian telah mendapatkan ilmu, maka amalkanlah semampu kalian, disertai selalu memohon pertolongan kepada Allah Swt. “
Sumber : forsansalaf

PEMBAHASAN

A. PENDIDIKAN

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan dalam arti khusus hanya dibatasi sebagai usaha orang dewasa dalam membimbing anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya. Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnyayang berlangsung sepanjang hayat.

Beberapa definisi pendidikan :

a) Menurut Prof. Hoogeveld, mendidik adalah membantu anak supaya anak itu kelak cakap menyelesaikan tugas hidupnya atas tanggung jawab sendiri.

b) Menurut Prof. S. Brojonegoro, mendidik berarti memberi tuntutan manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangan, sampai tercapainya kedewasaan dalam arti rohani dan jasmani.

c) Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.

d) Dalam GBHN Tahun 1973, Pendidikan hakekatnya merupakan suatu usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia, yang dilaksanan di dalam maupun luar sekolah, dan berlangsung seumur hidup.

e) Dalam undang-undang RI nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional,Pendidikan adalah usaha sadar yang menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran / atau latihan bagi perananya dimasa yang akan datang.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik beberapa prinsip dasar tentang pendidikan yang akan dilaksanakan : pertama, pendidikan berlangsung seumur hidup. Kedua : Pendidikan merupakan tanggung jawab semua manusia (Orang tua, Masyarakat, dan pemerintah). Ketiga, pendidikan merupakan suatu keharusan.

2. Dan dalam istilah-istilah pendidikan terdiri dari 2 yaitu :

1. PEDAGOGIK

2. ANDRAGOGIK

Dan dalam istilah pendidikan yang dinamai “PEDAGOGIK” mula-mula timbul dalam karya ”COMENIUS PARAPELA” dimana comenius yang dikemukakan melalui karya tersebut, kata PEDAGOGIK berasal dari bahasa yunani ”PAIS DAN PAID” anak dan ”AGO” saya membimbing, jadi Pras Ago yang berarti membimbing anak.

1. TUJUAN PENDIDIKAN

Tujuan pendidikan juga sudah jelas diterapkan dalam bab II pasal 4 yang berbunyi ......... Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri.

2. MAKNA PENDIDIKAN

Makna pendidikan dapat dilihat dalam penertian secara khusus dan secara luas, dalam arti khusus LANGEVILO mengemukakan bahwa pendidikan adalah bimbingan yang di berikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan.

Selanjutnya pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan yang berlangsung sepanjang hayat.

3. Manusia dan pendidikan

Manusia adalah makhluk yang berbudi pekerti dan berfikir dari anggota persekutuan masyarakat sosial, manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan.

4. Makna pendidikan bagi manusia

Dengan pendidikan manusia biusa berkreasi, berkarya dan dapat mewujudkan pendidikan manusia bisa menjadi presiden, astronomi, jendral dan bisa menjadi apa saja yang manusia sangatlah penting untuk kehidupan sehari-hari seperti terhadap lingkungan keluarga, masyarakat maupun bangsa dan negara.

B. SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Berdasarkan UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, kelembagaan pendidikan dapat dilihat dari segi jalur pendidikan dan program serta pengolahan pendidikan.

a. Jalur pendidikan

Penyelenggaraan sisdiknas dilaksanakan melalui 7 jalur yaitu :

1. Jalur pendidikan sekolah

2. Jalur pendidikan diluar sekolah (PLS)

b. Jenjang pendidikan

1. Jenjang pendidikan dasar

2. Jenjang pendidikan Menengah

3. Jenjang pendidikan Tertinggi

c. Program dan pengadaan pendidikan

1. Jenis program pendidikan

2. Kurikulum program pendidikan

1. TUJUAN PENDIDKKAN NASIONAL

Membangun kualitas yang bertaqwa kepada tuhan yang maha esa dan selalu dapat meningkatkan kebudayaan dengan-nya, sebagai warga negara yang berjiwa pancasila danmempunyai semangat dan kesadaran yang tinggi.

2. MENGAPA MANUSIA MEMBUTUHKAN PENDIDIKAN ?

Mengapa manusia membutuhkan pendidikan ? maka dapat dijawab dengan ” karena pendidikan mempunyai tugas dan mampu menumbuhkan sifat hakikat manusia sebagai sesuatu yang bernilai luhur dan hal ini menjadi nilai kehalusan.

3. LANDASAN PENDIDIKAN NASIONAL

Adapun dasar pendidikan nasional bagi bangsa indonesia dapat diklarisifikasikan manjadi dasar ideal, Dasar konstitusional dan dasar luhur dan dasar operasional .

1. Dasar ideal pendidikan Nasional adalah pendidikan Nasional adalah pendidikan

2. Dasar kontitusional pendidikan pendidikan alah UUD 1945

3. Dasar Operasional

4. Dasr Sosio Budaya

C. TEORI PENDIDIKAN

a. TEORI PENDIDIKAN EMPIRISME

Pandangan empirisme ini, pendidikan peran sangat penting, sebab dapat menyediakan lingkungan pendidikan pada anak dan akan diterima sebagai pengalaman sesuai ujuan pendidikan

b. ALIRAN NATISME

Aliran natisme memakan kemampuan dari dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor lingkungan pendidikan kurang berpengaruh pada perkembangan anak.

c. ALIRAN NATURALISME

Aliran naturalisme menganjurkan agar dalam proses perkembangan anak tersebut diserahkan kepada pendidikan alam yakni anak dibiarkan berkembang sendiri menurut alamnya.

d. TEORI KONVERGENSI

Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam tumbuh kembangnya manusia.

D. LEMBAGA-LEMBAGA PENDIDIKAN

1. Lembaga pendidikan keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak-anak mendapatkan bimbingan dan paling banyak memperoleh pendidikan

1. Fungsi dan peranan pendidikan keluarga

1. Pengalaman pertama anak-anak

2. Menjamin emosional anak

3. memberikan kasar pendidikan sosial

4. Peletakan dasar-dasar keagamaan

2. Lembaga pendidikan sekolah

Yang dimaksud dengan pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh secara teratur, sisitematis, bertingkat dan dengan mengikuti syaraf yang jelas.

1. Fungsi sekolah

1. Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan

2. Efisiensi

3. Sosialisasi yaitu membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial

3. Lembaga pendidikan di masyarakat

Masyarakat diartikan sebagai suatu bentuk tata kehidupan sosial dengan tata kehidupan sosial dengan tata nilai dan tata budaya sendiri.

Pendidikan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Pendidikan diselenggarakan diluar sekolah
2. Peserta didik perlu homogen
3. Ada waktu belajar dan metode normal, serta evaluasi yang sisitematis
4. Isi pendidikan bersifat prakti dan khusus

E. PERMASALAHAN PENDIDIKAN

Pada dasrnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia pendidikan di indonesia yaitu :

a. Bagaimana semua warga negara dapat dinikmati kesepakatan pendidikan

b. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah masyarakat.

1. Jenis permasalahan pokok pendidikan

Ada empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya.

1. Masalah pemerataan pendidikan

Ada empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara

Pemecahan masalah pemerataan pendidikan langlah-langkah yang ditempuh melalui cara konversional dan cara inoatif :

Cara Konversional

1. Membangun gedung sekolah
2. menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem ganti pagi dan sore)

Cara inovatif antara lain

a. Sistem pamong

b. SD kecil pada daerah terpencil

c. Sistem guru kunjung

d. SMP terbuka

e. Kejar paket A dan B

f. Belajar jarak jauh, seperti Universitas terbuka

2. Masalah mutu pendidikan

Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia dan manajemen.

3. Masalah efisiensi pendidikan

Beberapa masalahefisiensi pendidikan yang penting adalah

1. bagaimana tenaga pendidikan difungsikan
2. Bagaimana pendidikan diselenggarakan
3. Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga kerja
3. Masalah relevasi pendidikan
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan masalah pendidikan

1. Perkembangan iptek dan seni
2. Laju pertumbuhan penduduk bersumber pada

1. Pertambahan penduduk
2. Penyebarabn penduduk

3. Aspirasi masyarakat

F. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN PADA ZAMAN KOLONIALISME

Pendidikan di Indonesia pada zaman sebelum kemerdekaan dapat digolongakan ke dalam tiga periode yaitu:

a. Pendidikan yang berlandasakan agama Hindu – Budha

Pada periode awal perkembangannya agama Hindu – Budha di Nusantara, seistem pendidikan sepenuhnya berisi keagamaan yang dilaksanakan di biara-biara atau padepokan.

b. Pendidikan yang Berdasarkan Islam

Pendidikan berdasarkan Agama Islam dimulai sejak datangnya saudagar asal Gujarat India ke Nusantara pada abad ke-13, pada mulanya para saudagar meajalin hubungan perdagangan dengan para pedagang di Sumtera dan Jawa.

c. Pendidikan yang Berlandaskan Agama Katolik dan Kristen Protestan

a. Pendidikan pada Jaman VOC (Verenigde Oost Indishe Compegnee)

Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia pada abad ke-16, mulanya untuk tujuan berdagang dengan mencari rempah-rempah dengan mendirikan VOC.

b. Pendidikan pada Jaman Kolonial Belanda

Pudarnya VOC pada akhir abad ke-18 menandai datangnya jaman Colonial Belanda, meskipun berpihak pada kepentingan Hindia – Belanda, sistem pendidikan pun berubah menjadi lebih terbuka.

c. Pendidikan pada Masa Pendudukan Jepang

Tujuan Pendidikan pada jaman Jepang diarahkan untuk mendudung pendudukan Jepang dengan menyediakan tenaga-tenaga kasar serta Cuma-Cuma (romusha).

Meskipun singkat, berlangsung pada tahun 1942 – 1945, masa pendudukan Jepang memberikan corak yang berarti pada pendidikan di Indonesia, tidak lama setelah berkuasa, Jepang segera menghapus sistem pendidikan yang berdasarkan atas penggolongan menurut bangsadan status sosial.

Mau kaya? Yuk Intip Rahasia  Para Miliuner Muda(1)
kompas.com
ilustrasi
MANGGISANKITA - Di usia muda mereka sudah menjadi miliuner. Salah satunya adalah pendiri Facebook, Mark Zuckerberg. lalu apa yang menjadi rahasia dari sejumlah miliuner muda ini?

Seperti dilansir The Business Insider, salah satu contohnya adalah Nick Tart dan rekan bisnisnya baru berusia 22 tahun namun sudah menjadi ahli pebisnis muda. Mereka mewawancarai para miliuner muda ini dan menemukan alasan mengapa mereka menjadi kaya di usia muda dan menuangkannya ke dalam buku berjudul 50 Interviews: Young Entrepreneurs, What It Takes To Make More Than Your Parents.
*Dukungan keluarga
dari seluruh 25 miliuner muda yang diwawancarai mereka mengatakan keluarga mereka memberikan dukungan penuh. Untuk mendapatkan uang ada yang hanya menerima 10 dollar dari orang tua mereka untuk membeli domain sebuah situs. Emil Motycka yang baru berusia 21 tahun mendapatkan pinjaman sebesar 8.000 dollar AS untuk membeli mesin pemotong rumput dan ia berhasil melunasi utangnya dalam kurun waktu setahun.

*Mampu mengatur
Apakah itu memulai bisnis dari blogging atau memotong rumput, rata-rata para miliuner muda ini memulai ide yang bisa mereka eksekusi. Mereka mampu dan memiliki rasa kepercayaan diri dan ini akan menolong mereka membangun reputasi sebagai seorang pebisnis muda.

Juliette Brindak (21), pendiri dari situs MissOAndFriends.com adalah contoh nyata. setelah bekerja selama 8 tahun ia mendapatkan investasi dari perusahaan terkemuka Proctor & Gamble senilai 15 juta dollar AS (Rp 133 miliar)

*Bekerja keras dan tak pernah putus asa
Kebanyakan para pebisnis ini mengalami kegagalan banyak sekali sebelum mereka berhasil mendulang emas.
Adam Horowitz, pebisnis muda berusia 18 tahun memulai 30 situs dalam kurun waktu 3 tahun sebelum sukses. Ia akhirnya bisa menjual produknya dengan nilai ribuan dollar.
Tiga bulan lalu ia berhasil menjual produk yang mendatangkan keuntungan 1,5 juta dollar AS (13,3 miliar) hanya dalam kurun waktu tiga bulan," kata Tart (inspirasi boss!!, kalau teladan ya Propet Muhammad)

ini adalah copy-jahe, yang insyaallah ada manfaatnya. Baca !!! hingga selesai.

Berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, saya dipertemukan dengan hamba-Nya yang satu ini. Beliau adalah seorang leader yang selalu mengayomi, memberikan bimbingan, semangat, inspirasi, ide dan gagasan segar. Beliau seorang pemimpin yang mampu menggerakkan ratusan hingga ribuan anak buahnya. Beliau seorang guru yang memiliki lautan ilmu, yang selalu siap ditimba oleh anak-anaknya.
Saat ini beliau memiliki berbagai macam bidang usaha, di antaranya sebagai supplier dan distribusi alat dan produk kesehatan, puluhan hektar tambak, puluhan hektar ladang, berpuluh rumah kos, ruko, stand penjualan di mall, apartemen dan lain-lain. Pernah saya mencoba menghitung, penghasilan beliau bisa mencapai Rp 1 Milyar per bulannya. Sebuah pencapaian luar biasa bagi saya dan kebanyakan orang lain.
Pertemuan antara saya dan beliau yang saya ceritakan di bawah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, di saat penghasilan beliau masih berkisar Rp 200 juta per bulan. Bagi saya, angka ini pun sudah bukan main dahsyatnya. Sengaja saya tidak menyebutkan namanya, karena cerita ini saya publish belum mendapatkan ijin dari beliau. Kita ambil wisdomnya saja ya.
Suatu hari, terjadilah dialog antara saya dengan beliau di serambi sebuah hotel di Bandung . Saya ingat, beliau berpesan bahwa beliau senang ditanya. Kalau ditanya, maka akan dijelaskan panjang lebar. Tapi kalau kita diam, maka beliau pun akan “tidur”. Jadilah saya berpikir untuk selalu mengajaknya ngobrol. Bertanya apa saja yang bisa saya tanyakan.
Sampai akhirnya saya bertanya secara asal, “Pak, Anda saat ini kan bisa dibilang sukses. Paling tidak, lebih sukses daripada orang lain. Lalu menurut Anda, apa yang menjadi rahasia kesuksesan Anda?”
Tak dinyana beliau menjawab pertanyaan ini dengan serius.
” Ada empat hal yang harus Anda perhatikan,” begitu beliau memulai penjelasannya.
RAHASIA PERTAMA
“Pertama. Jangan lupakan orang tuamu, khususnya ibumu. Karena ibu adalah orang yang melahirkan kita ke muka bumi ini. Mulai dari mengandung 9 bulan lebih, itu sangat berat. Ibu melahirkan kita dengan susah payah, sakit sekali, nyawa taruhannya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu bagaikan pengeran katon (Tuhan yang kelihatan).
Banyak orang sekarang yang salah. Para guru dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak pernah. Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan materi jutaan rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan atau diberi materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang memberangkatkan haji guru atau kyainya, padahal ibunya sendiri belum dihajikan. Itu terbalik.
Pesan Nabi : Ibumu, ibumu, ibumu… baru kemudian ayahmu dan gurumu.
Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk berdoa. Maka doa ibumu jauh lebih mustajabah.” Beliau mengambil napas sejenak.
RAHASIA KEDUA
“Kemudian yang kedua,” beliau melanjutkan. “Banyaklah memberi. Banyaklah bersedekah. Allah berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan berlipat ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi. Sedekah membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari marabahaya. Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang banyak, kesehatan, terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik, ilmu, kesempatan, dan lain-lain.
Jangan sepelekan bila ada pengemis datang meminta-minta kepadamu. Karena saat itulah sebenarnya Anda dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan pemberian yang baik dan sikap yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik memberinya dengan uang kertas, bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas yang masih bagus, bukan yang sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu ulurkan dengan sikap hormat kalau perlu sambil menunduk (menghormat) . Pengemis yang Anda beri dengan cara seperti itu, akan terketuk hatinya, ‘Belum pernah ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.’ Maka terucap atau tidak, dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki, kesehatan dan kebahagiaan.
Banyak orang yang keliru dengan menolak pengemis yang mendatanginya, bahkan ada pula yang menghardiknya. Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya sendiri.
Dalam kesempatan lain, ketika saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas mempraktekkan apa yang diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang ribuan yang masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan sambil sedikit membungkuk hormat. Saya lihat pengemis itu memang berbinar dan betapa berterima kasihnya.
RAHASIA KETIGA
“Allah berjanji memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak disangka-sangka, ” begitu beliau mengawali penjelasannya untuk rahasia ketiganya. “Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu cepat terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu. Padahal itu ada jalannya.”
“Benar di Al Quran ada satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga” , saya menimpali (QS Ath Thalaq 2-3).
“Nah, ingin tahu caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak diduga-duga? ,” tanya beliau.
“Ya, bagaimana caranya?” jawab saya. Saya pikir cukup dengan bertaqwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan mengirim rejeki itu datang untuk kita.
“Banyaklah menolong orang. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau ketemu orang yang kesulitan, langsung Anda bantu!” jawaban beliau ini membuat saya berpikir keras. “Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki yang tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka tentu balasannya adalah Allah akan memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula.”
“Walau pun itu orang kaya?” tanya saya.
“Ya, walau itu orang kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan. Mungkin dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika Anda temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera bantulah.”
“Walau itu orang yang berpura-pura? Sekarang kan banyak orang jalan kaki, datang ke rumah kita, pura-pura minta sumbangan rumah ibadah, atau pura-pura belum makan, tapi ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang katanya untuk rumah ibadah, sebenarnya dia makan sendiri,” saya bertanya lagi.
“Ya walau orang itu cuma berpura-pura seperti itu,” jawab beliau. “Kalau Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan kebohongan itu. Dia itu sudah frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu pikirannya. Akhirnya itulah yang bisa dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah. Allah yang menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas niat dan pemberian Anda.”
RAHASIA KEEMPAT
Wah, makin menarik, nih. Saya manggut-manggut. Sebenarnya saya tidak menyangka kalau pertanyaan asal-asalan saya tadi berbuah jawaban yang begitu serius dan panjang. Sekarang tinggal satu rahasia lagi, dari empat rahasia seperti yang dikatakan beliau sebelumnya.
“Yang keempat nih, Mas,” beliau memulai. “Jangan mempermainkan wanita”.
Hm… ini membuat saya berpikir keras. Apa maksudnya. Apakah kita membuat janji dengan teman wanita, lalu tidak kita tepati? Atau jangan biarkan wanita menunggu? Seperti di film-film saja.
“Maksudnya begini. Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup Anda, baik di saat susah maupun senang. Ketika Anda pergi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah, dia di rumah menunggu dan berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut besama Anda di kala Anda susah, penghasilan yang pas-pasan, makan dan pakaian seadanya, dia mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk berhasil.”
“Lalu?” saya tak sabar untuk tahu kelanjutan maksudnya.
“Banyak orang yang kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan, lalu menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau bermain pria, bagi yang perempuan). Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam, itu menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat, pasangan hidup yang dulu mendampingi Anda di kala susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan Anda. Namun ketika Anda mendapatkan sukses itu, Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya. “
Oh… pelajaran monogami nih, pikir saya dalam hati.
“Banyak orang yang lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya banyak, lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Merasa “keadilan” yang dikatakan Al Qur’an hanya berupa keadilan material. Rumah tangganya jadi kacau. Ketika merasa ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya uangnya habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang yang jatuh karena hal seperti ini. Dia lupa bahwa pasangan hidupnya itu sebenarnya ikut punya andil dalam kesuksesan dirinya,” beliau melanjutkan.
Hal ini saya buktikan sendiri, setiap saya datang ke rumahnya yang di Waru Sidoarjo, saya menjumpai beliau punya 1 istri, 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.

Al-Quran turun dengan bahasa Arab dikarenakan Rasulullah Saw dan para Mukhatab (sasaran dakwah) pertamanya menggunakan bahasa tersebut. Satu hal lagi, nantinya akan timbul pertanyaan jika tidak berbahasa Arab; mengapa Al-Quran turun dengan bahasa lain, padahal para mukhatab awalnya berbahasa Arab? Al-Quran sendiri juga menyatakan dalam Ayat Fushilat, ayat ke-44:” Dan Jikalau kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: “Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (rasul adalah orang) Arab?” Oleh karena itu, kondisi alamiah yang telah menuntut Al-Quran turun dengan bahasa Arab.
Hanya saja dengan merujuk kepada sebagian ayat-ayat suci Al-Quran, kita akan mendapati sisi-sisi lain dari turunnya kitab mulia ini dengan bahasa Arab. 
Berikut sisi-sisi tersebut:
1.   Bahasa Arab merupakan faktor penting dalam rangka diterimanya Al-Quran oleh bangsa Arab saat itu. Allah berfirman:”Dan kalau Al Quran itu kami turunkan kepada salah seorang dari golongan bukan Arab, Lalu ia (Rasul) membacakannya kepada mereka (orang-orang kafir); niscaya mereka tidak akan beriman kepadanya.” (Syu’ara’, 198-199).
Dan wajar sekali jika agama Islam ingin tersebar ke seluruh penjuru dunia maka bangsa Arab yang hidup di kawasan tempat Rasul diutus harus menerimanya dan dari para mukmin inilah agama itu tersebar ke seluruh dunia.
2.  Bahasa daerah (bahasa sendiri) itu lebih berpengaruh dari pada bahasa lain. Allah berfirman:”Kami tidak mengutus seorang Rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka.(Ibrahim: 4)
3.  Tantangan Al-Quran yang ditujukan kepada para pengingkarnya menuntut risalah ini dituang dalam sebuah bahasa yang dapat dipahami dan dimengerti oleh para mukhatab pertamanya. Allah berfirman:”Dan jika kalian (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolong kalian selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.” (Al-Baqarah, 23)
Atau dalam Surah Yunus disebutkan:”Atau (patutkah) mereka mengatakan “Muhammad membuatnya.” Katakanlah: “(Kalau benar yang kalian katakan itu), Maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kalian orang-orang yang benar.”(Yunus, 38)

A. PENGERTIAN ULUMUL QUR’AN
Ungkapan ulumul qur’an berasal dari bahasa arab yaitu dari kata ulum dan al-qur’an. Kata ulum jamak dari ilmu dan al-qur’an. Menurut Abu syahbah ulumul qur’an adalah sebuah ilmu yang memiliki banyak objek pembahasan yang berhubungan dengan al-qur’an,mulai dari proses penurunan, urutan penulisan,kodifikasi,cara pembaca,penafsiran,nasikh mansukh,muhkam mutashabih serta pembahasan lainnya

B. SEJARAH TURUNNYA ALQUR’AN DAN PENULISAN ALQUR’AN
Hikmah diwahyukan alqur’an secara berangsur-angsur adalah al-qur’an diturunkan dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari yaitu mulai dari malam 17 romadhan tahun 41 dari kelahiran nabi sampai 9 dzulhijah haji wada’ tahun 63 dari kelahiran nabi atau tahun 10 H. Proses turunnya ql-quran melalui 3 tahapan yaitu
1. Al-qur’an turun secara sekaligus dari Allah ke lauh mahfuzh yaitu tempat yang merupakan catatan tentang segala ketentuan dan kepastian Allah. Dalam firmanya “ Bahkan yang didustakan mereka ialah Al-qur’an yang mulia yang tersimpan dalam lauh al-mahfuzh (Q.S AL-buruuj :21-22)
2. Al-qur’an diturunkan dari lauh al mahfuzh ke bait Al-Izzah ( tempat yang berada di langit dunia )
3. Al-qur’an diturunkan dari bait al-Izzah ke dalam hati nabi melalui malaikat jibril dengan cara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan. Adakala satu ayat kadang satu surat.
Disamping hikmah diatas ada hikmah yang lainnya yaitu
1. Memantapkan hati nabi
2. Menentang dan melemahkan para penentang Al-qur’an
3. Memudahkan untuk dihafal dan difahami
4. mengikuti setiap kejadian yang menyebabkan turunya ayat-ayat al-qur’an dan melakukan penahapan dalam penetapan syari’at
5. membuktikan dengan pasti bahwa al-qur’an turun dari allah yang maha bijaksana
Penulisan al-qur’an pada masa Abu Bakar termotivasi karena kekwatiran sirnanya al-qur’an dengan syahitnya beberapa penghapal Al-qur’an pada perang yamamah, Abu bakar melakukan pengumpulan al-qur’an dengan mengumpulkan al-qur’an yang terpencar-pencar pada pelepah kurma,kulit,tulang dan sebagainya
 
C. ASBAB AN-NUZUL
Ungkapan asbab-nuzul merupakan bentuk idhofah dari asbab dan nuzul. Secara etimologi artinya sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu. Menurut Az-zargani Asbabuan-nuzul adalah sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunya ayat Al-qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.Menurut Az-zargani urgensi asbab an-nuzul dalam mmahami Al-qur’an adalah
1. Membantu dan memahami sekaligus mengatasi ketidak pastian dalam menangkap pesan ayat-ayat Al-qur’an.
2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.
3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat al-qur’an bagi ulama yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat kusus.
4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan turunnya ayat al-qur’an.
5. Memudahkan untuk menghapal dan memahami ayat serta untuk memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarnya.
 
D. MUNASABAH AL QUR’AN
Menurut Manna Al-qathan munasabah adalah sisi keterikatan antara beberapa ungkapan di dalam satu ayat,atau antar ayat pada beberapa ayat atau antar surat dalam al-qur’an. As-Suyuti menjelaskan langkah-langkah yang diperhatikan dalam menemukan munasabah yaitu:
a. Memperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek pencarian
b. Memperhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas dalam surat
c. Menentukan tingkatan uraian-uraian itu apakah ada hubungannya atau tidak
d. Dalam mengambil keputusan,hendaknya memperhatikan ungkapan-ungkspan dengan benar dan tidak berlebihan
Macam-macam munasabah;
1. Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya: berfungsi sebagai menyempurnakan surat sebelumnya
2. Munasabah antara nama surat dan tujuan turunya
3. Munasabah antar bagian suatu ayat
4. Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan
5. Munasabah antara suatu kelompok ayat dengan kelompok ayat disampingnya
6. Munasabah antara fashilah (pemisah)dan isi ayat
7. Munasabah antara awal surat dengan akhir surat yang sama
8. Munasabah antara penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya
 
E. MAKIYAH DAN MADANIYAH
“Makiyah ialah ayat – ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah,kendatipun bukan turun di Mekkah .Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah,kendatipun bukan turun di madinah.Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah di sebut Madaniyyah walaupun turun di Mekkah atau Arafah.”
Ciri-ciri spesifik makiyah dan madaniyah
1. Makiyah
a. Di dalamnya terdapat sajadah
b. Ayat-ayatnya dimulai dengan kalla
c. Dimulai dengan ya-ayuha an-nas
d. Ayatnya mengandung tema kisah para nabi dan umat- umat terdahulu
e. Ayatnya berbicara tentang kisah nabi Adam dan Idris kecuali surat al-baqoroh
f. Ayatnya dimulai dengan huruf terpotong- potong seperti alif lam mim dan sebagainya
2. Madaniyah
a. Mengandung ketentuan-ketentuan faroid dan hadd
b. Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafikkecuali surat al-ankabut
c. Mengandung uraian tentang perdebatan dengan ahli kitab
 
F. MUHKAM DAN MUTASYABIH
Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang baik melalui ta’wil ataupun tidak
Ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui Allah seperti kedatangan kedatangan hari kiamat, kedatangan dajjal.
Hikmah keberadaan ayat mutasabih dalam Al-qur’an adalah:
1. Memperlihatkan kelemahan akal manusia.
2. Teguran bagi orang-orang yang mengotak atik ayat mutasabih.
3. Memberikan pemahaman abstrak Illahi kepada manusia melalui pengalaman inderawi yang biasa disaksikannya.

G. QIRO’AT AL-QUR’AN
Qiro’at adalah ilmu yng mempelajari cara-cara mengucapkan kata-kata al-qur’an dan perbedaan-perbedaannya dengan cara menisbatkan kepada penukilnya.
Macam-macam qiro’at:
1. Qiro’at Sab’ah ( Qiro’at tujuh ) adalah imam-imam qiro’at ada tujuh orang, yaitu:
a. ‘Abdullah bin Katsir Ad-Dari (w.120 H ) dari Mekkah.
b. Nafi’ bin ‘Abdurrahman bin Abu Na’im (w .169 H ).dari madinah
c. ‘Abdullah Al-yashibi (w.118 H ) dari Syam
d. Abu Amar (w.154 H ) dari Irak
e. Ya’kub (w.205 H ) dari Irak
f. Hamzah (w.188 )
g. ‘Ashim (w.127 H )
2. Qiro’ah Asyiroh adalah qiro’ah sab’ah ditambah dengan 3 imam yaitu: Abu Ja’far, Ya’kub bin Ishaq, kalaf bin hisyam
3. Qiro’ah Arba Asyiroh (qiro’ah empat belas) yaitu qiro’ah sepuluh ditambah dengan 4 imam yaitu Al-hasan al basri, muhammad bin abdul rohman,yahya bin mubarok,Abu fajr muhammad bin ahmad.
Dari segi kualitas qiro’ah dapat dibagi menjadi
1. Qiro’ah Mutawwatir yaitu qiro’ah yang disampakan kelompok orang yang sanatnya tidak berbuat dusta
2. Qiro’ah Mashur yaitu qiro’ah yang memiliki sanad sahih dan mutawatir
3. Qiro’ah ahad yaitu memiliki sanad sahih tapi menyalahi tulisan mushaf usmani dan kaidah bahasa Arab
4. Qiro’ah Maudhu yaitu palsu
5. Qiroah Syadz Yaitu menyimpang
6. Qiro’ah yang menyerupai hadist mudroj (sisipan)

"Sayang, aku hanya belum siap", kata seorang pria yang menolak untuk meminang kekasihnya. Jujur saja, untuk membuat pria melamar, ibarat ketika Anda ingin mencabut gigi. Bukanlah perkara mudah. Kebanyakan dari mereka mengulur-ulur waktu, bahkan menghindar.

Hal itu terjadi karena mereka berpikir tidak ingin cepat-cepat menikah, karena status menjadi suami membuat mereka tak sebebas ketika melajang.
Prinsipnya, cepat atau lambat kebanyakan pria ingin menjalin hubugan dalam rumah tangga. Ketika pria sudah siap, dia pasti akan memutuskan untuk hidup terikat dalam perkawinan.
Yang membuat pria mau memohon agar wanita bersedia dipinang adalah ketika dia merasa telah menemukan wanita paling tepat. Dan ketika menemukan, dia akan mempercepat proses meminang. Lantas, apa yang membuat pria benar-benar jatuh cinta dan mau meminang Anda?

Ketertarikan fisik
Awalnya dia menemukan ketertarikan wanita secara fisik. Kemudian setelah berkencan dan dia merasa nyaman, dia berpikir untuk meningkatkan kualitas hubungan lagi.

Daya tarik emosional
Setelah melewati ketertarikan secara fisik, sekarang dia merasa mendapatkan getaran emosional karena kepribadian mereka mulai seimbang. Atau, dia menemukan perbedaan yang dapat saling melengkapi. Hal ini membuatnya senang. Dia ingin menjalin hubungan lebih dekat, karena dia tahu timbul perasaan suka yang mendalam.

Daya tarik mental
Ketika pasangan terus menerus mejalin hubungan komunikasi yang baik, pria menemukan pesona terdalam dari wanita. Misalnya, cara berpikir wanita dan cara wanita merasa. Karakter wanita memunculkan kebanggaan buat pria.

Daya tarik jiwa
Saat pria mengakui kekasihnya, meski tidak sempurna, tapi sangat cocok untuk menjadi istrinya. Ia membutuhkan dukungan wanita untuk tumbuh bersama-sama menghadapi tantangan hidup, dan keinginan untuk mencapai kebahagiaan bersama.
Hal ini memotivasi dia untuk menjadi pelindung dan mendukung wanita. Pada titik ini, dia benar-benar jatuh cinta dengan belahan jiwanya. (pet)

Definisi


عِلْمُ الْحَدِيْثِ هُوَ مَعْرَِفَةُ الْقَوَاعِدَ الَّتِيْ يَتَوَصَّلُ بِهَا إِلَى مَعْرِفَةِ الرَّاوِي و الْمَرْوَي
Ilmu Hadits adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang menghantar-kan kepada pengetahuan tentang rawi (periwayat) dan marwi (materi yang diriwayatkan).

Pendapat lain yang menyatakan bahwa,

هُوَ عِلْمُ بِقَوَانِيْنَ يَعْرَفُ بِهَا أحْوَالُ السَّنَدِ وَ الْمَتْنِ
Ilmu Hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad dan matan.


Penjelasan Definisi

Sanad adalah rangkaian rijal/rawi (periwayat hadits) yang menghantarkan kepada matan (teks) hadits.

Matan adalah perkataan (teks/isi berita) yang terletak di penghujung sanad.


Contoh-contoh :

Al-Bukhari meriwayatkan hadits berikut, di dalam kitabnya yang bernama ash-Shahih, Bab Kayfa kana bad’ al-wahyi ila Rasulillah saw, jilid 1, hal. 5

حدثَنا الْحميدِي عبد اللَّهِ بن الزبيرِ، َقال: حدَثنا سفْيان، َقال: حدثَنا يحيى بن سعِيدٍ الَْأنصارِي، َقال: َأخبرنِيم محمد بن إِبراهِيم التيمِي َأنه سمِع علَْقمَة بن وقَّاصٍ اللَّيثِي يُقول سمِعت عمر بن اْلخطَّابِ رضِي اللَّه عنهم عَلى الْمِنبرِ َقاَل سمِعت رسول اللَّهِ صلَّى اللَّه عَليهِ و سلَّم يُقول: إنما الأعمال بالنية. وإنما لامرئ ما نوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله. ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو أمرأة يتزوجها، فهجرته إلى ما هاجر إليه

Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi, Abdullah bin az-Zubair, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id al-Anshari, ia berkata; Telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin Ibrahim at-Taimi bahwasannya ia mendengar ‘Alqamah bin Waqqash al-Laitsi berkata; Aku mendengar Umar bin Khaththab ra berkata di atas mimbar; Rasulullah saw bersabda; "Sesungguhnya semua perbuatan itu disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang akan diperolehnya, atau perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya (dibalas) kepada apa yang ia niatkan"

Yang dinamakan Sanad pada hadis di atas adalah

حدثَنا الْحميدِي عبد اللَّهِ بن الزبيرِ، َقال: حدَثنا سفْيان، َقال: حدثَنا يحيى بن سعِيدٍ الَْأنصارِي، َقال: َأخبرنِيم محمد بن إِبراهِيم التيمِي َأنه سمِع علَْقمَة بن وقَّاصٍ اللَّيثِي يُقول سمِعت عمر بن اْلخطَّابِ رضِي اللَّه عنهم عَلى الْمِنبرِ َقاَل سمِعت رسول اللَّهِ صلَّى اللَّه عَليهِ و سلَّم يُقول
Telah menceritakan kepada kami al-Humaidi, Abdullah bin az-Zubair, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Sufyan, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id al-Anshari, ia berkata; Telah memberitahukan kepadaku Muhammad bin Ibrahim at-Taimi bahwasannya ia mendengar ‘Alqamah bin Waqqash al-Laitsi berkata; Aku mendengar Umar bin Khaththab ra berkata di atas mimbar; Rasulullah saw bersabda

Sedangkan Matan pada hadits di atas adalah;

إنما الأعمال بالنية. وإنما لامرئ ما نوى. فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله، فهجرته إلى الله ورسوله. ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها أو أمرأة يتزوجها، فهجرته إلى ما هاجر إليه
"Sesungguhnya semua perbuatan itu disertai dengan niat, dan sesungguhnya setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang akan diperolehnya, atau perempuan yang akan dinikahinya, maka hijrahnya (dibalas) kepada apa yang ia niatkan"

Tujuan mempelajari ilmu hadits adalah untuk membedakan antara hadits shahih dan dla’if serta memahami bagaimana imam hadits menentukan suatu hadits yang dinyatakan shahih olehnya.

Secara gampangnya, sanad itu diibaratkan sebagai tangga, sedangkan rawi-rawi (perawi) dalam sanad sinonim dengan anak tangga.

Umumnya, jika mau naik loteng tentulah anda harus naik tangga terlebih dahulu, karena jika tidak, bagaimana anda bisa mencapai loteng ?

Demikian juga dengan sanad, ia adalah seperti tangga yang menjadi jalan bagi kita agar bisa sampai ke loteng (tujuan) yang dalam hal ini adalah rasulullah saw sebagai sumber khabar/berita.


Definisi Hadits, Khabar Dan Atsar

Dilihat dari asal sumber beritanya, maka berita/kabar terbagi dalam 3 istilah, yaitu : Hadits, Khabar, Atsar


الْحدِيْثُ مَا جَاءَ عَنِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ، سَوَاءً كَانَ قًوْلاًَ أوْ فِعْلاًَ أوْ تَقْرِيْرًَا أوْ صِفَةًً
Hadits, adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw, baik yang berupa perkataan, perbuatan, persetujuan, ataupun sifat

الْخَبَرُ مَا جَاءَ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَسلَّمَ و عَنْ غَيْرُِهُ مِنْ أصْحَابِهِ أوْ التَابِعِيْنَ أوْ تَابِعِ التَّابِعِيْن َأو مَنْ دُوْنَهُمْ
Khabar, adalah segala sesuatu yang datang dari Nabi saw ataupun yang lainnya, yaitu shahabat beliau, tabi’in, tabi’ tabi’in, atau generasi setelahnya.

الأََثَرُ مَا جَاءَ عَنْ غَيْرِ النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مِنْ الصَحَابَةِ أوْ التَّابِعِيْن أوْ تَابِعِ التَّابِعِيْنَ أوْ مِنْ دُوْنَهُمْ

Atsar, adalah segala sesuatu yang datang selain dari Nabi saw, yaitu dari shahabat, tabi’in, atau generasi setelah mereka.


Contah-contoh

1. Contoh hadits qauly (perkataan) :

إنما الأعمال بالنية
Sesungguhnya setiap amal itu dengan niat


2. Contoh hadits fi’ly (perbuatan) adalah hadits yang diriwayatkan dari 'Aisyah ra.

كَانَ النَّبِِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ إِذَا أرَادَ أنْ يَنَامَ وَ هُوَ جُنُّبٌُ غَسِلَ فَرْجَهُ وَ تَوَضَأ لِلصَّلاَةِ
Nabi saw apabila akan tidur, sedangkan beliau dalam keadaan junub maka beliau berwudlu seperti wudlu untuk shalat


3. Contoh hadits taqriry (persetujuan) adalah hadis dari Ibnu Abbas ra,

َنَّ خَالتَهُ أَهْدَتْ إَِلَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَ سَلَّمَ سَمْنًا وَ أضْبًَا وَ أقْطًا فَأكَلَ مِنَ السَّمْنِِ وَ مِنَ الأقْطِ و تَرَكَ الأضْبَ تَقَْذُّرًَا وَ أكِلَ عَلَى مَائِدَتِهِ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَ سَلَّمَ، وَلَوْ كَانَ حَرَامًا مَا أُكِلَ عَلَى مَائِدَةِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَسَلَّمَ
Bahwa bibinya memberi hadiah kepada Rasulullah saw berupa mentega, daging biawak dan keju, lalu beliau memakan mentega dan keju dengan meninggalkan daging biawak karena merasa jijik, tetapi daging itu dimakan di meja makan rasulullah saw, seandainya haram maka tak akan dimakan di meja Rasulullah saw


4. Contoh hadits sifat, yaitu hadis yang memuat sifat pribadi nabi saw, adalah hadis dari Anas ra;

َانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَ سَلَّمَ رَبْعَةًَ لًيْسَ بِالطَّوِيلِ وَ لاَ بِالَْقَصِيرِ حَسَنُ الْجِسْمِ وَكَانَ شَعْرُهُ لَيْسَ بِجَعْدٍ وَلاَ سَبْطٍ أسْمَرُ اللَّونِِ إِذَا مَشَى يَتَكَفَّأُ
Rasulullah itu tingginya sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, tubuhnya bagus, rambutnya tidak keriting dan tidak lurus, warnanya coklat, apabila berjalan rambutnya bergoyang.

Maka dapat disimpulkan bahwa :

Khabar (الْخَبَرُ) berita yang bisa datang dari siapa saja baikd ari nabi saw atau selain nabi saw, sedangkan hadits (الْحدِيْثُ) adalah berita yang bersumber dari Nabi saw, sedangkan Atsar (الأََثَرُ) adalah berita yang bersumber selain dari Nabi saw.

Namun perlu diketahui bahwa pembagian di atas adalah pembagian secara umum, karena Atsar (dalam ilmu musthalahul hadits) terkadang disebut sebagai hadits mauquf, sedangkan hadits disebut sebagai hadits marfu'.

Istilah mauquf dan marfu' adalah ditujukan kepada dari mana sumber berita tsb diambil. Jika diambil dari shahabat nabi saw maka disebut hadits mauquf, sedangkan jika diambil dari nabi saw maka disebut hadits marfu'.

Perbedaan penyebutan hadits marfu' dengan hadits atau hadits mauquf dengan atsar terjadi dari kebiasaan penyebutan istilah dan berdasarkan pemakaian umum dan khusus saja.

Mungkin kita pernah mendengar hadits (cerita) israiliyat, apa itu hadits israiliyat ?

Hadits israiliyat adalah suatu cerita/berita yang bersumber dari bani israil dan terkait dengan kisah-kisah bani israil.

Umumnya, yang disebut hadits israiliyat adalah hadits-hadits yang tidak memiliki sanad ataupun yang sanadnya mauquf (terhenti) kepada tabi'in dan tidak sampai kepada nabi saw atau shahabat.

Dapat dikatakan bahwa hadits israiliyat adalah hadits dha'if (lemah) bahkan maudlu' (palsu) sehingga tidak dapat digunakan sebagai hujjah dalam hal syar'i (hukum islam).


Sanad hadits memiliki peranan yang penting dalam menilai suatu hadits apakah shahih atau dha'if, sehingga ‘Abdullah ibn Mubarak pernah berkata:

الاسناد من الدين ، ولولا الاسناد لقال من شاء ما شاء
Isnad itu sebagian dari agama. Tanpanya siapa saja akan mengatakan apa yang dia mau kata.(Dikeluarkan Imam Muslim di dalam muqaddimah Shahihnya Bab Bayaani Anna al-Isnada Min Diini, jld.1, h.38)


Sanad atau isnad ini penting bagi memastikan pesan, berita, kisah atau hadits itu sendiri benar-benar sampai (tsabit) kepada Rasulullah saw.

Namun sanad yang bersambung hingga ke para Sahabat dan Rasulullah saw bukanlah satu-satunya syarat bagi sebuah hadits itu shahih. Ini disebabkan karena telah adanya pendusta-pendusta yang berusaha menciptakan "sanad" palsu. 'Ulama hadits lebih berhati-hati dalam menilai setiap individu yang meriwayatkan hadits itu dan membagi mereka kepada bermacam kategori.

Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:

لم يكونوا يسألون عن الإسناد. فلما وقعت الفتنة، قالوا: سموا لنا رجالكم. فينظر إلى أهل السنة فيؤخذ حديثهم وينظر إلى أهل البدع فلا يؤخذ حديثهم
(Dahulunya) mereka tidak pernah menanyakan tentang isnad/sanad. Akan tetapi setelah munculnya fitnah, maka mereka berkata 'sebutkanlah para rijalmu (pembawa beritamu)'. Setelah itu dilihat; apabila mereka termasuk dari Ahlus-Sunah, maka diambil hadisnya; dan bila dari ahlul bid'ah, maka tidak diambil haditsnya. (Dikeluarkan Imam Muslim di dalam muqaddimah Shahihnya Bab Bayaani Anna al-Isnada Mi


Pemahaman mengenai isnad/sanad

Al-Isnad (الإسند)

Al-Isnad (الإسند) artinya "menyandarkan", sebagaimana disebut asnadal hadits ila qa’ilihi (أسند الحديث إلي قائله) yaitu : "menyandarkan hadits kepada pengucapnya".

Ringkasnya isnad adalah rangkaian para perawi (periwayat hadits) yang menghubungkan kepada matan (teks/isi kandungan hadits).

Satu lagi perkataan yang lebih kurang sama maksudnya dengan perkataan isnad adalah sanad.


As-Sanad (السند)

السند (as-sanad), dari segi bahasa artinya "yang menjadi sandaran" atau "bukit di lereng gunung". Dalam pengertian ilmu hadits adalah "jalan yang dapat sampai kepada matan", atau "rangkaian perawi yang sampai kepada matan". [Kamus Istilah-Istilah Hadits, Abdul Mannan ar-Rasaikh, hal.105]


Dengan demikian, isnad itu sinonim dengan sanad dan tidak ada perbedaan dalam pemahaman maksud.


Untuk lebih memudahkan memahami istilah sanad/isnad, berikut adalah ilustrasinya :

A : Fulan mengatakan, 'bahwa jika ayam berkokok tandanya fajar telah datang'.
B : Siapa yang beritahu kamu tentang hal tsb ?
A : C yang beritahu aku

kemudian B berjumpa dengan C,

B : C, siapa yang beritahu kamu bahwa Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya fajar telah datang'.
C : D yang beritahu aku

Kemudian B menjumpai D,

B : D, siapa yang beritahu kamu bahwa Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya fajar telah datang'.
D : Aku dengar dari E

Kemudian B menjumpai E,

B : E, siapa yang beritahu kamu bahwa Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya fajar telah datang'.
E : aku dengar sendiri dari Fulan semalam.

Dari ilustrasi di atas dapat dikatakan bahwa sanad hadits (ucapan) tsb awalnya dari A, dikabarkan dari C, dikabarkan dari D, dikabarkan dari E bahwa E mendengar langsung dari si Fulan berkata, 'jika ayam berkokok tandanya fajar telah datang'.

Dengan melihat ilustrasi di atas dapat dikatakan bahwa setiap perawi hadits harus disyaratkan saling bertemu dan melihat/mendengar langsung perbuatan/perkataan dari sumber berita yaitu si Fulan.

Dalam musthalahul hadits, kondisi di atas disebut : musnad mutashil, yaitu sanad yang bersambung sampai kepada sumber berita.


Ilustrasi di atas hanya mengambarkan kondisi rawi-rawi (para periwayat) dalam 1 kurun waktu/generasi, hal ini akan menjadi sulit ketika terjadi perbedaan masa hidup atau generasi dari masing2 rawi. Untuk itu diperlukan suatu parameter lain yang dapat dipercaya untuk menguji kebenaran berita/kabar tsb.
n Diini, jld.1, hal.38)



HADITS SHAHIH


Definisi Hadits Shahih
هُوَ المُسْنَدُ، الْمُتَّصِلُ إِسْنَادُهُ، بِنقْلِ الْعَدْلِ الضَّابِطِ، عَنِْ الْعَدْلِ الضَّابِطِ إِلَى مُنْتَهَاهُ، مِنْ غَيْرِ شُذُوْذٍ وَ لاَ عِلَّةٍ
Hadits sahih adalah hadits yang musnad, bersambung sanadnya, dengan penukilan seorang yang adil dan dlabith dari orang yang adil dan dlabith sampai akhir sanad, tanpa ada keganjilan dan cacat.

Untuk memudahkan memahami definisi tersebut, dapat dikatakan, bahwa hadis shahih adalah hadits yang mengandung syarat-syarat berikut;

Quote:
Syarat hadits dikatakan shahih adalah :
1. Hadisnya musnad
2. Sanadnya bersambung
3. Para rawi (periwayat)nya adil dan dlabith
4. Tidak ada syadz (keganjilan)
5. Tidak ada 'illat (cacat)

Haditsnya Musnad, maksudnya hadits tersebut dinisbahkan kepada nabi saw dengan disertai sanad.

Sanadnya bersambung, bahwa setiap rawi (periwayat) dalam sanad hadits tsb mendengar hadits itu secara langsung dari gurunya/orang yang menyampaikan hadits tsb kepadanya.

Para rawi (periwayat)-nya adil dan dhabith, yaitu setiap (rawi) periwayat di dalam sanad itu memiliki sifat adil dan dhabith. Adil adalah sifat yang membawa seseorang untuk memegang teguh taqwa dan kehormatan diri, serta menjauhi perbuatan buruk, seperti syirik, kefasikan dan bid’ah. Sedangkan dlabith (akurasi/kekuatan hapalan), adalah kemampuan seorang rawi untuk menghafal hadits dari gurunya, sehingga apabila ia mengajarkan hadits dari gurunya itu, ia akan menga-jarkannya dalam bentuk sebagaimana yang telah dia dengar dari gurunya/orang yang menyampaikan hadits tsb kepadanya.

Tidak ada syadz (keganjilan). Syadz secara bahasa berarti yang tersendiri, secara istilah berarti hadits yang diriwayatkan oleh seorang periwayat bertentangan dengan hadits dari periwayat lain yang lebih kuat darinya.

Tidak ada 'illat, dimana di dalam hadis tidak terdapat cacat tersembunyi yang merusak keshahihan hadis.


Dari kriteria di atas, maka matan hadits bukanlah salah satu kajian utama untuk menentukan keshahihan suatu hadits.
Itulah 5 kriteria utama yang diterapkan oleh 'ulama hadits untuk menilai derajat suatu hadits.

Untuk menilai rawi-rawi dalam suatu sanad hadits diperlukan biografi masing-masing rawi-rawi hadits.

Untuk download kitab-kitab yang membahas rawi-rawi hadits dapat di download di : http://www.almeshkat.net/books/list.php?cat=23

Contohnya adalah tarikhul kabir : http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=23&book=456

yang merupakan kitab kumpulan rawi-rawi yang disusun oleh imam Bukhari

atau tahdzib at-tahdzib : http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=23&book=458

yang merupakan kumpulan rawi yang disusun oleh ibnu Hajar Asqalani


Contoh Hadits Shahih

Hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari di dalam kitab Shahih-nya :

حَدَثَنَا مُسَدَّدٌُ، حَدَثَنَا مُعْتَمِرُ، قَالَ : سَمِعْتُ أبِي قَالَ : سَمِعْتُ أنَسَِ بْنَ مَالِكٍ رَضِي اللَّه عَنْهُمْ، قَالَ : كَانَ النَّبِي صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقوْلُ : اللَّهُمَّ إِنّي َأعُوْذُ بِِكَ مِنْ الْعَجْزِ، والْكَسَلِِ، وَالْجُبْنِِ، وَالْهَرَمِِ، وَ أعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَ الْمَمَاتِ، أعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الَْقبْرِ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Mu’tamir, ia berkata; Aku mendengar ayahku berkata; Aku mendengar Anas bin Malik ra berkata, Rasulullah saw berdo’a : Ya Allah, aku memohon kepada-Mu perlindungan dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut dan dari kepikunan, dan aku memohon kepada-Mu perlindungan dari fitnah (ujian) di masa hidup dan mati, dan memohon kepada-Mu perlindungan dari azab di neraka"

Hadits tersebut di atas telah memenuhi persyaratan sebagai hadis shahih, karena :

1. Ada sanadnya hingga kepada Rasulullah saw (dimulai dari Al-Bukhari yang menerima hadits dari Musaddad, dari Mu'tamir, dari ayah Mu'tamir, dari Anas bin Malik, dari Rasulullah saw).
2. Ada persambungan sanad dari awal sanad hingga akhir sanad, dimana Anas bin Malik adalah seorang shahabat, telah mendengarkan hadits dari nabi saw. Sulaiman bin Tharkhan (ayah Mu’tamir), telah menyatakan menerima hadits dengan cara mendengar dari Anas. Mu’tamir, menyatakan menerima hadits dengan mendengar dari ayahnya. Demikian juga guru imam Bukhari yang bernama Musaddad, ia menyatakan telah mendengar dari Mu’tamir, dan Bukhari -semoga allah merahmatinya- juga menyatakan telah mendengar hadits ini dari gurunya.
3. Terpenuhi keadilan dan kedhabitan dalam para periwayat di dalam sanad, mulai dari shahabat, yaitu Anas bin Malik ra hingga kepada orang yang mengeluarkan hadits, yatu imam Bukhari dimana :
a. Anas bin Malik ra, beliau termasuk salah seorang shahabat Nabi saw, dan semua shahabat dinilai adil.
b. Sulaiman bin Tharkhan (ayah Mu’tamir), dia tsiqah 'abid (terpercaya lagi ahli ibadah).
c. Mu’tamir, dia tsiqah (terpercaya)
d. Musaddad bin Masruhad, dia tsiqah hafidz (terpercaya dan terjaga hapalannya)
e. imam Bukhari –penulis kitab as-Shahih-, namanya adalah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, dia dinilai sebagai jabal al-hifdzi (gunungnya hafalan), dan amirul mu’minin fil hadits.
4. Hadits ini tidak syadz (bertentangan dengan riwayat lain yang lebih kuat)
5. Hadits ini tidak ada 'illat-nya


Dengan demikian jelaslah bahwa hadits tersebut telah memenuhi syarat-syarat hadits shahih, Karena itulah imam Bukhari menampilkan hadits ini di dalam kitabnya ash-Shahih.

 HADITS HASAN

Definisi (ta'rif)

مَا اسْتوْفَى شُرُوْطُ الصِّحَةِ إِلاَّ أنَّ أحَدَ رُوَاتِهِ أوْ بَعْضَهُمْ دُوْنَ رَاوِي الصَّحِيْحِ فِي الضَّبْطِ بِمَا لاَ يَخْرِجُهُ عَنِ حَيِّزِ الإحْتِجَاجِ بِحَدِيْثِهِ

Adalah hadits yang memenuhi syarat sebagai hadis shahih, hanya saja kualitas dhabth (keakuratan/kekuatan hapalan) salah seorang atau beberapa orang rawinya berada di bawah kualitas rawi hadiys shahih, tetapi hal itu tidak sampai mengeluarkan hadits tersebut dari kebolehan berhujjah dengannya.

Hadits seperti ini disebut hasan li dzatihi (hasan karena dzatnya)


Penjelasan Definisi

Hadits hasan harus memenuhi syarat sebagai hadits shahih kecuali sifat dhabth. Dalam hal ini syarat hadits shahih adalah :

1. Hadisnya musnad
2. Sanadnya bersambung
3. Para rawi (periwayat)nya adil dan dhabith
4. Tidak ada syadz (keganjilan)
5. Tidak ada 'illat (cacat)

Sedangkan syarat dhabth (kekuatan hapalan) menjadi titik pembeda antara keduanya. Rawi hadits hasan tingkat dhabth-nya berada di bawah kualitas rawi hadits shahih.

Periwayat hadits hasan biasanya disebut dengan istilah, shaduq (jujur), Ma’mun (dipercaya), mahalluhu ash-shidq (ia tempatnya kejujuran),laa ba’sa bihi (tidak apa-apa), tsiqah yukhthi’ (terpercaya tetapi suka salah), atau shaduq lau awham (jujur tetapi diragukan)

Istilah-istilah di atas adalah untuk menunjukkan sifat seorang rawi yang masih dapat dipercaya dalam haditsnya tetapi kurang kuat hapalannya namun tidak pernah berdusta dalam meriwayatkan suatu hadits.


Contoh hadits hasan; Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Quththan di dalam Ziyadah ‘ala Sunan Ibni Majah (2744) dengan jalan

يَحْيَ بْنِ سَعِيْدٍ، عَنِ عَمْرُوْ بْنِ شُعَيْبٍ، عَنِ أبِيْهِ عَنِ جَدِّهِ، قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَ سَلَّمَ كُفْرٌُ بِامْرِئٍ ادَّعَا نَسَبَ لاَ يَعْرِفُهُ ، أوْ جَحَّدَهُ، وَ إِنْ دَقَّ، وَ سَنَدَهُ حَسَنٌُ
Yahya bin Sa’id, dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata; Rasulullah saw bersabda : “kafirlah orang yang mengaku-ngaku nasab orang yang tidak diketahuinya, atau menolak nasab (yang sebenarnya), meskipun samar”.

Hadits ini sanadnya hasan, kar


 HADITS DHA'IF

Definisi

مَا لَمْ يَجْمَعْ صِفَاتِ الْقُبُوْلِ بَِفقْدِ شَرَطٍ مِنْ شُرُوْطِهِ
Apabila tidak terkumpul sifat-sifat (yang menjadikannya dapat) diterima (shahih), karena hilangnya salah satu dari syarat-syarat (hadits sahih)


Penjelasan Definisi

Tidak terkumpul sifat-sifat yang menjadikannya dapat diterima; syarat diterima suatu hadits, sebaimana yang telah dibahas, antara lain;
1. Haditsnya musnad
2. Sanadnya bersambung
3. Para rawi (periwayat)nya adil dan dhabith
4. Tidak ada syadz (keganjilan)
5. Tidak ada 'illat (cacat)

Hilangnya salah satu syarat diterimanya hadits adalah :

a. Apabila hilang syarat yang pertama, maka hadis itu tidak bisa dinisbahkan kepada nabi saw, melainkan disandarkan kepada shahabat (mauquf), tabi’in (maqthu') atau tabi’ tabi’in, sesuai dengan nama yang tercantum di dalam sanad tersebut.

b. Apabila tidak terpenuhi syarat kedua, maka hadits itu dinamakan mursal.

c. Apabila tidak terpenuhi bagian pertama dari syarat yang ketiga, yaitu sifat ‘adil, maka hadits itu termasuk matruk atau maudlu’, dan jika tidak ada syarat ketiga bagian yang kedua yaitu dlabth maka hadis tersebut disebut dla’if, matruk, atau bahkan maudlu’ yang disebabkan oleh kelemahan rawi.

d. Apabila hilang syarat yang keempat, maka hadis itu dinamakan syadz atau matruk

e. Dan apabila tidak memenuhi syarat yang kelima, maka hadis itu dinamakan mu’allal.

ena di dalam sanad hadits ini terdapat Amr bin Syu’aib bin Muhammad bin Abdullah bin Amr bin al-Ash. al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab at-Taqrib (2/72) mengatakan, bahwa ia adalah shaduq.

Dari segi hukumnya, baik hadits shahih ataupun hadits hasan tergolong kepada hadits maqbul (yang diterima dan diamalkan).


  
HADITS SHAHIH


Definisi Hadits Shahih
هُوَ المُسْنَدُ، الْمُتَّصِلُ إِسْنَادُهُ، بِنقْلِ الْعَدْلِ الضَّابِطِ، عَنِْ الْعَدْلِ الضَّابِطِ إِلَى مُنْتَهَاهُ، مِنْ غَيْرِ شُذُوْذٍ وَ لاَ عِلَّةٍ
Hadits sahih adalah hadits yang musnad, bersambung sanadnya, dengan penukilan seorang yang adil dan dlabith dari orang yang adil dan dlabith sampai akhir sanad, tanpa ada keganjilan dan cacat.

Untuk memudahkan memahami definisi tersebut, dapat dikatakan, bahwa hadis shahih adalah hadits yang mengandung syarat-syarat berikut;

Itulah 5 kriteria utama yang diterapkan oleh 'ulama hadits untuk menilai derajat suatu hadits.

Untuk menilai rawi-rawi dalam suatu sanad hadits diperlukan biografi masing-masing rawi-rawi hadits.

Untuk download kitab-kitab yang membahas rawi-rawi hadits dapat di download di : http://www.almeshkat.net/books/list.php?cat=23

Contohnya adalah tarikhul kabir : http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=23&book=456

yang merupakan kitab kumpulan rawi-rawi yang disusun oleh imam Bukhari

atau tahdzib at-tahdzib : http://www.almeshkat.net/books/open.php?cat=23&book=458

yang merupakan kumpulan rawi yang disusun oleh ibnu Hajar Asqalani

Maulid Nabi atau hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada mulanya diperingati untuk membangkitkan semangat umat Islam. Sebab waktu itu umat Islam sedang berjuang keras mempertahankan diri dari serangan tentara salib Eropa, yakni dari Prancis, Jerman, dan Inggris. Kita mengenal musim itu sebagai Perang Salib atau The Crusade. Pada tahun 1099 M tentara salib telah berhasil merebut Yerusalem dan menyulap Masjidil Aqsa menjadi gereja. Umat Islam saat itu kehilangan semangat perjuangan dan persaudaraan ukhuwah. Secara politis memang umat Islam terpecah-belah dalam banyak kerajaan dan kesultanan. Meskipun ada satu khalifah tetap satu dari Dinasti Bani Abbas di kota Baghdad sana, namun hanya sebagai lambang persatuan spiritual.
Adalah Sultan Salahuddin Al-Ayyubi –orang Eropa menyebutnya Saladin, seorang pemimpin yang pandai mengenal hati rakyat jelata. Salahuddin memerintah para tahun 1174-1193 M atau 570-590 H pada Dinasti Bani Ayyub –katakanlah dia setingkat Gubernur. Pusat kesultanannya berada di kota Qahirah (Kairo), Mesir, dan daerah kekuasaannya membentang dari Mesir sampai Suriah dan Semenanjung Arabia. Kata Salahuddin, semangat juang umat Islam harus dihidupkan kembali dengan cara mempertebal kecintaan umat kepada Nabi mereka. Salahuddin mengimbau umat Islam di seluruh dunia agar hari lahir Nabi Muhammad SAW, 12 Rabiul Awal kalender Hijriyah, yang setiap tahun berlalu begitu saja tanpa diperingati, kini harus dirayakan secara massal.
Ketika Salahuddin meminta persetujuan dari khalifah di Baghdad yakni An-Nashir, ternyata khalifah setuju. Maka pada musim ibadah haji bulan Dzulhijjah 579 H (1183 Masehi), Salahuddin sebagai penguasa haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah) mengeluarkan instruksi kepada seluruh jemaah haji, agar jika kembali ke kampung halaman masing-masing segera menyosialkan kepada masyarakat Islam di mana saja berada, bahwa mulai tahun 580 Hijriah (1184 M) tanggal 12 Rabiul-Awal dirayakan sebagai hari Maulid Nabi dengan berbagai kegiatan yang membangkitkan semangat umat Islam.
Salahuddin ditentang oleh para ulama. Sebab sejak zaman Nabi peringatan seperti itu tidak pernah ada. Lagi pula hari raya resmi menurut ajaran agama cuma ada dua, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Akan tetapi Salahuddin kemudian menegaskan bahwa perayaan Maulid Nabi hanyalah kegiatan yang menyemarakkan syiar agama, bukan perayaan yang bersifat ritual, sehingga tidak dapat dikategorikan bid`ah yang terlarang.
Salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sultan Salahuddin pada peringatan Maulid Nabi yang pertama kali tahun 1184 (580 H) adalah menyelenggarakan sayembara penulisan riwayat Nabi beserta puji-pujian bagi Nabi dengan bahasa yang seindah mungkin. Seluruh ulama dan sastrawan diundang untuk mengikuti kompetisi tersebut. Pemenang yang menjadi juara pertama adalah Syaikh Ja`far Al-Barzanji. Karyanya yang dikenal sebagai Kitab Barzanji sampai sekarang sering dibaca masyarakat di kampung-kampung pada peringatan Maulid Nabi.
Barzanji bertutur tentang kehidupan Muhammad, mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja, pemuda, hingga diangkat menjadi rasul. Karya itu juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimiliki Nabi Muhammad, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia. Nama Barzanji diambil dari nama pengarang naskah tersebut yakni Syekh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim. Barzanji berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul ‘Iqd Al-Jawahir (artinya kalung permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW. Tapi kemudian lebih terkenal dengan nama penulisnya.
Ternyata peringatan Maulid Nabi yang diselenggarakan Sultan Salahuddin itu membuahkan hasil yang positif. Semangat umat Islam menghadapi Perang Salib bergelora kembali. Salahuddin berhasil menghimpun kekuatan, sehingga pada tahun 1187 (583 H) Yerusalem direbut oleh Salahuddin dari tangan bangsa Eropa, dan Masjidil Aqsa menjadi masjid kembali, sampai hari ini.
Dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, perayaan Maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan oleh Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai kegiatan yang menarik masyarakat agar mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan Maulid Nabi disebut Perayaan Syahadatain, yang oleh lidah Jawa diucapkan Sekaten.
Dua kalimat syahadat itu dilambangkan dengan dua buah gamelan ciptaan Sunan Kalijaga bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Kiai Gunturmadu, yang ditabuh di halaman Masjid Demak pada waktu perayaan Maulid Nabi. Sebelum menabuh dua gamelan tersebut, orang-orang yang baru masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat terlebih dulu memasuki pintu gerbang “pengampunan” yang disebut gapura (dari bahasa Arab ghafura, artinya Dia mengampuni).
Pada zaman kesultanan Mataram, perayaan Maulid Nabi disebut Gerebeg Mulud. Kata “gerebeg” artinya mengikuti, yaitu mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk mengikuti perayaan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara, seperti nasi gunungan dan sebagainya. Di samping Gerebeg Mulud, ada juga perayaan Gerebeg Poso (menyambut Idul Fitri) dan Gerebeg Besar (menyambut Idul Adha).
Kini peringatan Maulid Nabi sangat lekat dengan kehidupan warga Nahdlatul Ulama (NU). Hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awal (Mulud), sudah dihapal luar kepala oleh anak-anak NU. Acara yang disuguhkan dalam peringatan hari kelahiran Nabi ini amat variatif, dan kadang diselenggarakan sampai hari-hari bulan berikutnya, bulan Rabius Tsany (Bakdo Mulud). Ada yang hanya mengirimkan masakan-masakan spesial untuk dikirimkan ke beberapa tetangga kanan dan kiri, ada yang menyelenggarakan upacara sederhana di rumah masing-masing, ada yang agak besar seperti yang diselenggarakan di mushala dan masjid-masjid, bahkan ada juga yang menyelenggarakan secara besar-besaran, dihadiri puluhan ribu umat Islam.
Ada yang hanya membaca Barzanji atau Diba’ (kitab sejenis Barzanji). Bisa juga ditambah dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti penampilan kesenian hadhrah, pengumuman hasil berbagai lomba, dan lain-lain, dan puncaknya ialah mau’izhah hasanah dari para muballigh kondang.
Para ulama NU memandang peringatan Maulid Nabi ini sebagai bid’ah atau perbuatan yang di zaman Nabi tidak ada, namun termasuk bid’ah hasanah (bid’ah yang baik) yang diperbolehkan dalam Islam. Banyak memang amalan seorang muslim yang pada zaman Nabi tidak ada namun sekarang dilakukan umat Islam, antara lain: berzanjen, diba’an, yasinan, tahlilan (bacaan Tahlilnya, misalnya, tidak bid’ah sebab Rasulullah sendiri sering membacanya), mau’izhah hasanah pada acara temanten dan Muludan.
Dalam Madarirushu’ud Syarhul Barzanji dikisahkan, Rasulullah SAW bersabda: “Siapa menghormati hari lahirku, tentu aku berikan syafa’at kepadanya di Hari Kiamat.” Sahabat Umar bin Khattab secara bersemangat mengatakan: “Siapa yang menghormati hari lahir Rasulullah sama artinya dengan menghidupkan Islam!”
by"manggisakita"

Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya. 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4) Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsumg yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio. Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda . Semua soal tadi adalah falsafi, usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme, pragmatisme. Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti bagaimana filsafat itu menjawabnya. B. Pengertian Filsafat pendidikan Islam Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-Syaibani mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri, melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya ia menambahkan bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi, Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf. Sementara itu, A. Hanafi, M.A. mengatakan bahwa pengertian filsafat telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang masanya. Pitagoras (481-411 SM), yang dikenal sebagai orang yang pertama yang menggunakan perkataan tersebut. Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dar segi kebahsan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan. Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya. Filsafat juga memilki pengertian dari segi istilah atau kesepakatan yang lazim digunakan oleh para ahli, atau pengertian dari segi praktis. Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang lazim digunakan dalam praktek pendidikan.Dalam hubungan ini dijumpai berbagai rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam pendidikan, yaitu 1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau pertolongan yang dilakukan secara sadar. 2) Ada pendidik, pembimbing atau penolong. 3) Ada yang di didik atau si terdidik. 4) Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan. Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut adalah al Qur’an dan al Sunnah. Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran. Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW, telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup ( long life education ). Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya. Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)” Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan : 1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang diridloi Allah SWT. 2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam. 3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini. Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu, teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati sebelumnya. Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar. Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim, maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan. Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia : 1) Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya. 2) Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya. 3) Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada Nya Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya. C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan lingkungan. D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam Prof. Mohammad Athiyah abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu : 1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam. 2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus. 3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya. 4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan. 5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan. E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut : Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan. Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink. Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah. Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena. F. Penutup. Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam. Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten. Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan. Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global. DAFTAR PUSTAKA Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang, Jakarta, 1990. Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000 Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang, Jakarta, 1984. Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1983. Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta, 1995. Abuddin Nata, M.A., Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I, Logos Wacana Ilmu, Jakarta, 1997